Saturday, May 7, 2011

Al Qaeda Ancam Serangan Bom Nuklir

WASHINGTON – Setelah pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden tewas, Minggu (1/5) lalu, kekhawatiran terhadap aksi teroris belum juga surut. “Bin Laden telah mati, tapi Al Qaeda belum. Kita harus bersiap menghadapinya,” kata Direktur Dinas Rahasia Amerika (CIA) Leon Panetta.

Peringatan Panetta itu bukan tanpa alasan. Beberapa hari sebelum digelarnya Operasi Elvis, julukan yang diberikan CIA terhadap operasi penyergapan Osama bin Laden, situs WikiLeaks membocorkan data tahanan terorisme di Guantanamo.


“Al Qaeda menyembunyikan sebuah bom nuklir di Eropa dan akan diledakkan bila Osama bin Laden tertangkap atau tewas,” demikian bunyi dokumen yang dilansir WikiLeaks seperti dimuat The Telegraph, Rabu (4/5).


Bukan cuma bom nuklir, tapi Al Qaeda juga berencana memakai bom kimia. “Abu al-Libbi punya informasi tentang ini.” Abu Faraj al-Libbi (40), adalah kepala operasi Al Qaeda yang ditangkap pada 2005 setelah tinggal setahun di Abbottabad, kota tempat Osama disergap.


Pemerintah AS sendiri tak peduli dengan ancaman serangan balas dendam dari para pendukung Osama. Kemarin, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton memberikan peringatan keras kepada kaum Taliban di Afganistan. “Anda tak bisa menunggu kami keluar (menyerang). Anda tak akan bisa mengalahkan kami,” kata Hillary. Dia meminta Taliban segera meninggalkan Al Qaeda dan masuk ke proses politik.


Hillary berkata keras setelah dia menyaksikan serangan fajar pasukan elite Angkatan Laut AS, Navy Seals yang menyerbu rumah Osama. Hilarry menyaksikan siaran langsung via satelit itu bersama Presiden AS Barack Obama dan sejumlah petinggi militer. Siaran itu menampilkan tayangan langsung yang didapat dari kamera yang ada di helm para prajurit di Abbottabad yang berjarak 11.200 kilometer dari Gedung Putih. Detik per detik operasi dramatis itu disaksikan Obama.


Pemeritah AS memang terus mewaspadai aksi balasan pascaterbunuhnya Osama. Pasalnya masih ada sejumlah gembong teroris yang belum tertangkap. Biro Penyelidik Federal (FBI) melansir setidaknya masih ada 10 teroris yang diburu pemerintah AS, termasuk Ayman al-Zawahiri (59). Ayman adalah orang nomor dua di Al Qaeda setelah Osama bin Laden. Dokter bedah ini punya beberapa nama samaran, seperti Abu Muhammad, Abu Fatima, dan Abu Abdallah. AS menghargai kepalanya sama dengan kepala Osama yakni 25 juta dollar AS.


Sementara itu, Kepolisian Inggris menangkap lima orang yang berada di dekat pembangkit nuklir Sellafield di West Cumbria pada Senin (2/5) waktu setempat. Atau hanya beberapa jam setelah berita kematian Osama bin Laden. Kelima pria itu ditahan berdasarkan UU Terorisme Inggris.


Juru bicara kepolisian Inggris, mengatakan, kelima pria itu ditahan setelah mobil yang mereka naiki dihentikan polisi di luar PLTN Sellafield. Kelima pria itu berumur 20-an tahun dan tinggal di London.


Demikian seperti diberitakan AFP, Rabu (4/5). Kelima pria itu langsung dibawa ke kantor polisi setelah mobil mereka diperiksa oleh polisi.


Saat ini kelimanya masih ditahan. Penyelidikan atas kelima orang itu tengah dilakukan oleh Unit Kontraterorisme North West. Kepolisian Metropolitan London juga menggeledah empat rumah di London sehubungan dengan penangkapan kelima teroris itu.


Sementara itu, Badan Intelijen Negara (BIN) belum menengarai adanya ancaman balas dendam dari kelompok radikal di Indonesia pascatewasnya pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden. Meski demikian, Kepala BIN Sutanto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, menyatakan Indonesia tetap waspada karena beberapa aksi terorisme yang pernah terjadi di Indonesia berkaitan dengan jaringan kelompok Al Qaeda.


“Tentu kita waspadai karena kita melihat yang lalu ada kaitan­nya dengan gerakan Al Qaeda. Harus diwaspadai karena di sini ada ‘link’-nya,” ujarnya.


Sampai saat ini, Sutanto mengatakan, keberadaan Umar Patek di Pakistan masih belum diselidiki kaitannya dengan Osama Bin Laden yang ditemukan dan ditembak mati oleh tentara AS di negara tersebut. “Ini masih dalam penyidikan tentunya,” ujarnya.


Menurut Sutanto, Umar Patek saat ini masih berada di Pakistan dan masih harus menunggu beberapa tahap pembicaraan dengan otoritas Pakistan agar bisa dibawa pulang ke Indonesia.


Ia mengatakan proses hukum terhadap Umar Patek yang dituding bertanggung jawab atas peledakan bom Bali itu seharusnya dilangsungkan di Indonesia karena kasusnya terjadi di Indonesia.


“Tentu lebih ke Indonesia karena kasus yang terjadi di Indonesia, dan juga yang pernah terjadi di Filipina. Tapi lebih prioritas di Indonesia,” demikian Sutanto.


Sementara itu, acara doa bersama bagi pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden di markas Front Pembela Islam (FPI) menjadi perhatian dunia internasional. Beberapa media asing tertarik untuk melakukan peliputan acara yang dihadiri ratusan orang itu. Ada media asing seperti NHK, CNN, dan beberapa wartawan luar negeri free­lance di lokasi, Jl Petamburan III, Jakarta Pusat, Rabu (4/5). Namun, wartawan tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan, sehingga harus menunggu di pintu gerbang.


Sebelumnya, spanduk bergambar foto-foto Osama bin Laden menghiasi markas FPI. Sebuah poster besar diikatkan di tiang listrik yang ada di jalan tersebut. Lima foto dipasang di spanduk berukuran 2 x 1 meter ini.


Poster berwarna putih ini bertuliskan “We love You Osama”, “Osama Sang Pejuang”, “Osama Sang Mujahid”, “Osama Sang Pahlawan”, dan “Osama Sang Syahid”.


Ustad Awit, salah seorang pengurus FPI, mengatakan, kabar kematian Osama hendaknya diteliti dahulu, karena informasi tersebut keluar dari pihak AS. “Jika Osama bin Laden memang telah wafat, maka Osama wafat dalam keadaan syahid, tentunya sebagai orang beriman kita harus mendoakannya,” kata Ustad Awit.