Sunday, May 22, 2011

Perilaku Kasar Kepala Sekolah SDN Tandes Lor Sisakan Trauma





Surabaya – Tidak mudah menghilangkan rasa trauma. Apalagi prilaku kasar yang dialami tiap hari. Itulah yang dialami pelajar SDN Tandes Lor yang mengaku sering dimaki kepala sekolahnya, Wahyuningsih.


Salah satunya dirasakan AS. Dia mengaku pernah dicakar kasek lantaran disuruh menyapu di tempat lain.


“Punggung saya pernah dicakar. Gara-gara Bu Yun bilang lebih baik saya menyapu dari pada mengelap kaca,” jelas AS kepada detiksurabaya.com di sekolahnya Jalan Tandes Kidul, Selasa (26/4/2011).


Hal senada juga diungkapkan oleh temannya, RF yang mengaku tiap hari ada saja siswa-siswi diperlakukan kasar dan dimarahi.


“Saya pernah kehilangan topi, karena takut saya beli lagi yang baru. Pas ke sekolah, topi saya diambil dengan kasar sampai rambut saya berantakan. Katanya saya harus mencari topi yang hilang itu sampai ketemu daripada memakai yang baru,” kenang RF.


Pengakuan-pengakuan polos para siswa ini tentu saja membuat trenyuh orangtua dan guru. Apalagi dari beberapa pengakuan para siswa ada yang mendapat makian sebagai maling dan PSK. Padahal saat itu para siswa menunggu dijemput orangtuanya di depan sekolah.


“Saya dikatai PSK, padahal saya berdiri di depan sekolah itu menunggu dijemput orangtua saya,” jelas seorang siswi.


Tekanan dan trauma yang dialami bertahun oleh para murid dan guru yang sering dimarahi di depan siswanya pun akhirnya sepakat melaporkan sikap kasek ke anggota dewan.


“Tidak mudah menyembuhkan tekanan dan trauma para siswa. Para guru pun sama takutnya dengan para siswa,” kata seorang guru yang wanti-wanti namanya tidak disebutkan.


Sebelumnya, belasan siswa, guru dan wali murid mendatangi komisi D DPRD Surabaya, Senin (25/4/2011). Mereka menyampaikan uneg-unegnya dengan sikap kepala sekolah (Kasek) Wahyuningsih yang sering memaki dengan kata-kata maling, pekerja seks komersial (PSK) hingga dipukuli.


Bahkan para guru sering dimaki, disetrap (dihukum), merasa dilecehkan, dimarahi di depan muridnya.