Saturday, May 7, 2011

Uang Kas NII Rp 350 Miliar

Jakarta – Mantan Mentri Peningkatan Produksi NII KW 9 Imam Supriyanto mendatangi Mabes Polri. Kedatangan Imam bertujuan untuk melaporkan pimpinan Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang. “Saya mau buat laporan,” kata Imam di depan Bareskrim Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (4/5/2011) pukul 12.45 WIB.


Pimpinan Pondok Pesantren Al Zaytun, Panji Gumilang dilaporkan ke pihak kepolisian dengan tuduhan melakukan pelanggaran pidana. Panji Gumilang dilaporkan ke Badan Reserse Kriminal Mabes Polri oleh mantan Menteri Peningkatan Produksi Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah (NII KW) 9, Imam Prayitno.


Mantan Menteri Peningkatan Produksi NII KW IX Imam Supriyanto mengatakan ada uang kas NII yang disimpan di Bank Century. Uang kas tersebut senilai Rp 350 miliar. “Benar ada. Nilainya Rp 350 miliar dalam bentuk deposito,” ujar Imam usai melaporkan Panji Gumilang di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (4/5/2011).


Imam mengatakan uang kas senilai Rp 350 miliar itu merupakan obligasi. Uang kas tersebut dikumpulkan sejak tahun 1992. “Dana Rp 350 miliar itu merupakan obligasi. Negara meminjam kepada umat atau warganya, janji 5 tahun akan dikembalikan,” jelasnya.


Lain dari itu, Imam Supriyanto juga melaporkan Panji Gumilang atas dugaan pemalsuan dokumen dan tandatangan akte Yayasan Pesantren Indonesia. “Kami melaporkan dugaan tindak pidana yang dilakukan oleh AS alias PG. Dugaannya melakukan tindak pidana pasal 266 ayat 1 dan 2 tentang pemalsuan atau menggunakan surat palsu,” ujar kuasa hukum Imam, Kamal Singadirata di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta, Rabu (4/5/2011).


Kamal menjelaskan Panji Gumilang telah menghilangkan nama Imam Supriyanto dalam kepengurusan Yayasan Pesantren Indonesia yang menaungi Al Zaytun. Kamal dan kliennya juga menyerahkan barang bukti berupa dokumen yang dipalsukan. “Semua bukti otentik akan kami serahkan. Bukti tambahan akan kami serahkan,” jelasnya.


Menurut Kamal laporan kliennya tersebut dapat menjadi landasan bagi Polri untuk mengusut keterlibatan Panji Gumilang dengan Gerakan NII. “Untuk awalnya pasal 266 KUHP dulu karena dugaannya paling kuat. Mengenai makar, nanti mengikuti perkembangannya,” jelasnya.


Pimpinan Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang terkenal dekat dengan sejumlah petinggi partai politik di negeri ini. Bahkan Panji sudah menyiapkan anaknya untuk masuk menjadi kader Partai Demokrat.


“Panji Gumilang menyiapkan anaknya untuk di Demokrat, Imam Prawoto. Dan adik kandungnya Muhammad Yusuf Rasidi alias Agung Sedayu,” ujar Mantan Menteri Peningkatan Produksi NII KW IX Imam Supriyanto usai melaporkan Panji Gumilang di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (4/5/2011).


Kedekatan Panji dengan Petinggi Partai


Imam mengatakan Panji Gumilang juga dekat dengan Partai Golkar. Bahkan anak perempuan Panji Gumilang sudah menjadi anggota DPRD Indramayu dari fraksi Golkar. “Golkar sudah ada perwakilannya di DPRD Indramayu. Dia putrinya Panji, Chaerunissa,” imbuhnya.


Menurut Imam Partai Demokrat dan Partai Golkar termasuk partai yang paling royal pada Ponpes Al Zaytun. Politisi senior Golkar Akbar Tanjung pernah menyumbang sebuah lapangan. Lapangan tersebut dinamakan Al Akbar.


Disebut juga kedekatannya dengan partai Demokrat. Kabarnya partai tersebut memberikan sumbangan kepada Pondok Pesantren Al Zaitun sebesar US$10 ribu. Menurut Imam, pemberian itu dilakukan pada kunjungan tanggal 16 Maret 2011 lalu.LI-07 “Demokrat dalam Safari Ramadhannya pernah menyumbang USD 10 ribu,” tegasnya.


Sementara itu, sekretaris Jenderal Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) juga dikabarkan sempat mengunjungi Pondok Pesantren Al Zaytun beberapa waktu lalu. Saat dikonfirmasi, Ibas sendiri tidak membantah. Dia mengatakan kunjungan tersebut hanya sebatas silaturahmi.


“Memang benar saya mendampingi Ketua Umum Partai Demokrat, Mas Anas Urbaningrum. DPP mengagendakan kunjungan ke Al Zaytun beberapa waktu lalu,” kata Ibas dalam keterangan tertulisnya, Rabu 4 April 2011, seperti diberitakan leh vivanews.com.


Panji Mantan NII

Mantan Kepala BIN Hendroriyono mengakui pemimpin Pondok Pesantren Al Zaytun merupakan bekas NII. Namun menurutnya, Panji sudah sadar dari aliran NII yang sesat. Panji sekarang sudah menjadi nasionalis. “Memang Panji Gumilang itu bekas NII. Dia sendiri memang ngaku itu,” kata Hendro, seperti yang diberitakan detikcom.


Bagi Hendro, Panji sudah menjadi nasionalis dan menyadari perjuangannya menginginkan syariat Islam tidak ada gunanya karena semua itu sudah tertampung dalam UUD 1945. Panji masuk NII karena usianya masih muda.


Anehnya, Panji saat wawancaranya dengan detikcom membantah ia pernah masuk NII apalagi menjadi pemimpin NII KW 9. Baginya NII sudah tamat. Nama Panji Gumilang disebut sebagai pemimpin NII KW 9 yang akhir-akhir ini meresahkan terkait gerakan cuci otak untuk pengumpulan uang.


Sekilas Tentang Panji Gumilang

Abu Salam Rasyidi alias Panji Gumilang alis Abu Maarik. Ia dilahirkan pada 30 Juli 1946. Pendidikan sekolahnya diawali dengan masuk Sekolah Rakyat (SR) di Gresik tahun 1959. Selulus SR, Panji masuk ke Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur. Lulus dari Gontor, Panji kuliah di Fakultas Adab IAIN Jakarta, kini UIN Syarif Hidayatullah pada tahun 1969.


Nama Panji Gumilang dikait-kaitkan dengan NII KW 9. Ia pun membantah menjadi imam NII. Namun peneliti NII Imdadun Rahmat punya data Panji menjadi imam NII KW 9. Awalnya Panji menjadi imam sementara NII selama 1992-1994. Pada 1994, setelah imam NII sebelumnya Adah Jaelani bebas dari penjara, NII kembali dipimpin Adah. Namun tahun 1996, NII kembali diserahkan pada Panji karena Adah sudah tua. “Sampai sekarang Panji Gumilang masih menjadi imam NII,” tegas Imdadun. Para mantan anggota NII juga memberi kesaksian serupa.


NII KW 9, bagi Imdadun merupakan bentukan Orde Baru untuk melawan NII Kartosuwiryo. NII Kartosuwiryo menginginkan terbentuknya negara Islam lewat jalur militer. Sementara NII KW 9 dibina intelijen agar tidak melakukan gerakan militer.


Mantan anggota NII yang kini menjadi pengamat terorisme, Al Chaidar menyatakan intelijen mendapat setoran dana yang dikumpulkan anggota NII dengan menghalalkan segala cara. Dari harta yang dikumpulkan itu, Al Chaidar, hanya 10 % untuk Al Zaytun. “90 % untuk oknum-oknum intelijen,” jelas Al Chaidar.


Karena dibekingi intelijen inilah, Panji tidak pernah diperiksa meski sudah berkali-kali dilaporkan korban NII ke polisi. MUI pun telah memberikan rekomendasi ke polisi agar memeriksa Panji karena hasil penelitian MUI menyebut Panji merupakan pemimpin NII KW 9.


AM Hendropriyono dalam kunjungannya ke Zaytun pernah mengancam siapa saja yang menghujat Al Zaytun akan dihajar. Dari dulu Al Zaytun memang sudah sering tertimpa isu miring. Kini setelah Hendro tidak lagi menjabat sebagai kepala BIN, ia tetap mengakui memang dekat dengan Panji.


Hendro mengaku dekat dan mengenal Panji setelah mendapatkan tugas untuk mewakili Presiden Megawati untuk meletakan batu pertama pembangunan Gedung Bung Karno di kompleks Zaytun. Ia mengaku telah melakukan penelitian terkait hubungan antara Al Zaytun dan NII KW 9 bersama dengan Kapolri yang saat itu dijabat oleh Da’i Bachtiar dan Menteri Agama Said Agil Almunawar.


Hendro tidak menampik Panji merupakan bekas pemimpin NII. Tapi Panji sudah lepas dari pengaruh NII. Panji justru sangat nasionalis. Buktinya sejumlah gedung di Al Zaytun memakai nama tokoh RI seperti Soedirman, Soeharto, Soekarno dan Mohammad Hatta. Juga di setiap gedung juga ada dinding berisikan pembukaan UUD 1945 dan Pancasila.


“Makanya saya tidak percaya kalau dia sekarang dikatakan memimpin NII KW 9. Makanya saya bela dan saya sudah selidiki dia melalui tim investigasi,” ungkap Hendro.


Bagi Hendro, justru kelompok yang menyerang Panji merupakan NII itu sendiri. “Yang menyerang dia selama ini ya orang NII-NII itu juga. Ada yang bilang dia bekas NII, kalau bekas NII emang mau ngapain? Daripada bergaul sama bekas ustad,” ucap mantan Kepala BIN itu.


Bagi NII Crisis Center, sikap Hendro aneh. “Semua orang bilang Panji itu pemimpin NII KW 9, hanya Hendro seorang yang membantah. Ini aneh,” kata pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan.