Saturday, May 7, 2011

Putra Bungsu Khadafi Tewas Bersama 3 Cucunya

Salah satu anak pemimpin Libya, Muammar Khadafi, Saif al-Arab Khadafi, dikabarkan tewas setelah serangan udara NATO meluluhlantakkan sebuah rumah milik anak Khadafi di ibukota Libya, Tripoli. Namun, Muammar Khadafi dan istrinya berada di rumah yang dijadikan sasaran tersebut. Namun, keduanya berhasil lolos dan dalam keadaan sehat.


Seperti dikabarkan CNN, Putra bungsu Khadafi, Saif al-Arab Qadhafi (29) dan tiga cucu sang kolonel tewas dalam serangan itu. Juru Bicara Pemerintah Libya, Moussa Ibrahim, membenarkan kematian putra Khadafi bernama Saif al-Arab Qadhafi itu. Demikian seperti dikutip dari AFP, Minggu (1/5/2011).


Sementara mengenai kesehatan Khadafi sendiri, menurut Ibrahim, saat ini dalam keadaan baik. Begitu pula dengan kondisi istri sang kolonel. Namun, ia menyebut beberapa orang ikut terluka dalam serangan tersebut. Sebelum jumpa pers berlangsung, Ibrahim mengajak wartawan untuk melihat rumah di mana Khadafi dan keluarganya diserang jet tempur NATO dengan misil. Rumah itu rusak berat.


Ibrahim menyesalkan kematian Saif akibat serangan udara NATO terhadap rumah yang berada di permukiman padat penduduk itu. Saif, menurut Ibrahim, hanya seorang pelajar di Jerman yang tidak terlibat militer atau pemerintahan Libya.


Libya pun menyebut serangan udara NATO ini sebagai kejahatan perang. Dalam sebuah aksi unjuk rasa terhadap serangan NATO, Ibrahim pun menyerukan balas dendam. “Setiap kalian sekarang bisa menjadi Saif al-Arab,” kata Ibrahim kepada rakyat Libya yang mengikuti unjuk rasa.


Sebelum insiden ini, NATO dan oposisi Libya menolak dialog yang ditawarkan Khadafi untuk menyelesaikan konflik di negeri kaya minyak itu. Mereka menginginkan adanya tindakan yang tegas berupa penghentian serangan pasukan Khadafi terhadap warga sipil Libya.


Sementara itu, Pasukan NATO berkilah telah menargetkan keluarga pemimpin Libya Muammar Khadafi dalam serangan udara Sabtu malam, kemarin. NATO menyatakan, serangan untuk melindungi warga Libya itu menargetkan instalasi militer rezim Khadafi di Tripoli. Target lainnya adalah pusat komando dan pengendali di Bab al Azizya.


Komandan NATO Letnan Jenderal Charles Bouchard mengatakan, serangan ke target-target itu adalah bagian dari strategi untuk memukul pemerintah Khadafi, yang mengancam warga sipil.


“Semua sasaran NATO adalah kekuatan militer yang berada di luar. Kita tidak menargetkan individual,” katanya seperti dikutip reuters, Minggu (1/5/2011).


Charles menyadari berita di media massa yang belum terkonfirmasi bahwa beberapa anggota keluarga Khadafi telah tewas. Namun, ia ikut berduka cita atas peristiwa itu.


Sebelum insiden ini, NATO dan oposisi Libya menolak dialog yang ditawarkan Khadafi untuk menyelesaikan konflik di negeri kaya minyak itu. Mereka menginginkan adanya tindakan yang tegas berupa penghentian serangan pasukan Khadafi terhadap warga sipil Libya. Jika memang minyak yang dikejar negara-negara koalisi maka tak ada masalah dalam menegosiasikan kontrak.