Saturday, May 7, 2011

Anis Matta: Osama oh Osama.. Osama oh Osama..

Meski dipropagandakan Amerika Serikat sebagai teroris dunia yang sangat keji, namun nama Osama bin Laden sebagai mujahid Islam melekat di hati umat Islam Indonesia. Salah satu tokoh pengagum perjuangan Osama bin Laden itu adalah Anis Matta Lc.

Bagi ustadz dan politikus yang sekarang menjabat Sekjen DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, Osama bin Laden adalah teladan mujahid yang gagah berani melawan tirani bangsa-bangsa adidaya. Keberaniannya melawan kesewenang-wenangan AS menginspirasi para aktivis di seluruh penjuru dunia untuk memberontak terhadap kesewenang-wenangan bangsa adidaya yang arogan.


Pujian Anis Matta terhadap sosok Syaikh Usamah bin Ladin itu dituangkan dalam dua puisi berjudul “Surat untuk Osama” dan “Jawaban Osama” yang digubahnya pada tahun 2001. Dalam bentuk imajiner, Anis Mata melakukan koresponden perjuangan secara tertulis dengan Osama bin Laden.


Puisi kondang tahun 2001 ini pernah dibacakan oleh penulisnya dalam acara Konser Amal “Indahnya Kebersamaan” dalam rangka Milad ke-11 Daarut Tauhid di Plenary Hall JHCC (Jakarta Hilton Convention Center), Jumat (12/10/2001) yang dihadiri sekitar 7000 hadirin.


Dari konser amal yang dibuka oleh KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) itu, terkumpul dana perjuangan yang disalurkan ke Afghanistan.


Inilah puisi ‘imajiner’ Anis Matta tentang Osama bin Laden:


“Surat Untuk Osama”


Osama,

Kamu tidak pernah bilang padaku

Kalau kamu mau meledakkan WTC dan Pentagon

Bush juga tidak punya bukti sampai sekarang

Jadi aku memilih percaya

Pada cinta yang terpancar

Di balik keteduhan matamu

Pada semangat pembelaan yang tersimpan

Di balik lebat janggutmu.


Osama,

Kamulah yang mengajar

Bangsa-bangsa yang bisu untuk bisa bicara

Maka mereka berteriak.


Kamulah yang menanam bibit-bibit keberanian,

Di ladang jiwa orang-orang penakut

Maka mereka melawan.


Kamulah yang menebar nikmat kemerdekaan,

Di renung kalbu orang-orang tertindas

Maka mereka berjuang.


Kamulah yang mengobarkan harapan di langit

Hati orang-orang terjaga

Maka mereka memberontak.


Osama…

Kamulah yang mengunci mulut bangsa-bangsa adidaya,

Supaya mereka terdiam

Maka mereka hanya bisa mengamuk.


Kamulah yang meruntuhkan keangkuhan

Dari jidat bangsa-bangsa arogan

Maka mereka terbungkam.


Kamulah yang merampas rasa aman

Dari jiwa bangsa-bangsa tirani

Maka mereka tak pernah bisa tidur nyenyak.


Kamulah yang merenggut selera hidup

Dari langit hati bangsa-bangsa makmur itu

Maka mereka tak lagi menikmati hidup.


Osama oh Osama… Osama oh Osama…

Mari kita nyanyikan lagu kemenangan

Bersama nurani anak-anak manusia

Yang telah menemukan kehidupannya.


Osama oh Osama… Osama oh Osama…

Mari kita senandungkan lagu keabadian

Bersama nurani anak-anak manusia

Yang merindukan taman surga.


“Jawaban Osama”


Saudaraku,

Surat ini sudah kuterima

Aku baik-baik saja di sini

Aku masih minum teh di pagi hari

Dan menikmati sunset di sore hari

Aku juga masih mengendalikan bisnis

Dan mengontrol jaringan Al-Qaidah

Dari balik gua-gua Afghanistan.


Tenanglah saudaraku,

Karena jadwal kematianku

Tidak ditulis di Pentagon atau Gedung Putih.


Saudaraku,

Aku menonton aksi-aksi kalian di TV Al-Jazirah

Aku senang kalian mulai berani berbicara

Aku suka kalian sudah bisa bikin Bush marah-marah

Aku gembira kalian sudah bisa bilang tidak

Aku bahagia kalian mulai belajar jadi singa

Aku terharu kalian miskin-miskin tapi mau nyumbang…

Aku terheran-heran kalian kecil-kecil

Tapi mau jihad ke Afghanistan

Aku pikir kalian ini anak-anak ajaib.


Saudaraku aku mau buka rahasia sama kamu

Tapi kamu jangan bilang siapa-siapa.


Kamu tahu nggak,

Kenapa orang-orang Taliban sayang sama aku

Kata mereka ternyata karena aku lucu

Bocah-bocah Afghan juga senang padaku

Kata mereka karena aku bawa mainan

Pesawat-pesawat Amerika untuk mereka

Para pemulung Afghanistan juga suka padaku

Kata mereka karena roda-roda lama mereka itu

Bisa jadi besi tua yang laris.


Orang-orang Amerika itu terlalu serius

Padahal kita cuma sedang bermain di halaman surga.


Saudaraku,

Kalau nanti Allah memilihku jadi syahid

Utusanku akan datang menemuimu

Membawa sebuah pundi kecil

Itulah darahku,

Siramlah taman jihad di Ambon, di Ternate dan Poso

Tapi kalau aku bisa mengubur keangkuhan Amerika di sini

Aku akan datang ke Indonesia

Kamu tahu apa yang akan aku lakukan

Aku hanya mau investasi di negerimu.